Senin, 30 Desember 2013

Cerita Motivasi - Kasih Ibu Tak Batas Waktu

Seorang anak bertengkar dengan ibunya & meninggalkan rumah. Saat berjalan ia baru menyadari bahwa ia sama sekali tidak membawa uang. Ia melewati sebuah kedai bakmi. Ia ingin sekali memesan semangkok bakmi karena lapar.
Pemilik bakmi melihat anak itu berdiri cukup lama di depan kedainya, lalu bertanya”Nak, apakah engkau ingin memesan bakmi?”
“Ya, tetapi aku tidak membawa uang,”jawab anak itu dengan malu-malu.”Tidak apa-apa, aku akan mentraktirmu,”jawab si pemilik kedai.
Anak itu segera makan. Kemudian air matanya mulai berlinang.”Ada apa Nak?”Tanya si pemilik kedai.”Tidak apa-apa, aku hanya terharu karena seorang yg baru kukenal memberi aku semangkuk bakmi tetapi ibuku sendiri setelah bertengkar denganku, mengusirku dari rumah. Kau seorang yang baru kukenal tetapi begitu peduli padaku.
Pemilik kedai itu berkata”Nak, mengapa kau berpikir begitu? Renungkan hal ini, aku hanya memberimu semangkuk bakmi & kau begitu terharu…. Ibumu telah memasak bakmi, nasi, dll sampai kamu dewasa, harusnya kamu berterima kasih kepadanya.
Anak itu kaget mendengar hal tersebut.”Mengapa aku tidak berpikir tentang hal itu?”
Untuk semangkuk bakmi dari orang yang baru kukenal aku begitu berterima kasih, tetapi terhadap ibuku yang memasak untukku selama bertahun-tahun,aku bahkan tidak peduli.
Anak itu segera menghabiskan bakminya lalu ia menguatkan dirinya untuk segera pulang. Begitu sampai di ambang pintu rumah, ia melihat ibunya dengan wajah letih & cemas. Ketika melihat anaknya, kalimat pertama yang keluar dari mulutnya adalah “Nak, kau sudah pulang, cepat masuk, aku telah menyiapkan makan malam.”
Mendengar hal itu, si anak tidak dapat menahan tangisnya & ia menangis di hadapan ibunya.
Kadang kita mungkin akan sangat berterima kasih kepada orang lain untuk suatu pertolongan kecil yg diberikannya pada kita. Namun kepada orang yang sangat dekat dengan kita (keluarga) khususnya orang tua kita, kita sering melupakannya begitu saja.
#cerita #motivasi #ibu #mamah #cinta

aku ingin menjadi orang yang bertepuk tangan di tepi jalan

Di kelasnya ada 50 orang murid, setiap kali ujian, anak perempuanku tetap mendapat ranking ke-23. Lambat laun membuat dia mendapatkan nama panggilan dengan nomor ini, dia juga menjadi murid kualitas menengah yang sesungguhnya. Sebagai orang tua, kami merasa nama panggilan ini kurang enak didengar, namun anak kami ternyata menerimanya dengan senang hati. Suamiku mengeluhkan kepadaku, setiap kali ada kegiatan di perusahaannya atau pertemuan alumni sekolahnya, setiap orang selalu memuji -- muji "Superman cilik" di rumah masing - masing, sedangkan dia hanya bisa menjadi pendengar saja.
Anak keluarga orang, bukan saja memiliki nilai sekolah yang menonjol, juga memiliki banyak keahlian khusus. Sedangkan anak nomor 23 di keluarga kami tidak memiliki sesuatu pun untuk ditonjolkan. Dari itu, setiap kali suamiku menonton penampilan anak - anak berbakat luar biasa dalam acara televisi, timbul keirian dalam hatinya sampai matanya bersinar - sinar. Kemudian ketika dia membaca sebuah berita tentang seorang anak berusia 9 tahun yang masuk perguruan tinggi, dia bertanya dengan hati pilu kepada anak kami : "Anakku, kenapa kamu tidak terlahir sebagai anak dengan kepandaian luar biasa? " Anak kami menjawab, "Itu karena ayah juga bukan seorang ayah dengan kepandaian luar biasa." Suamiku menjadi tidak bisa berkata apa - apa lagi, saya tanpa tertahankan tertawa sendiri.
Pada
pertengahan musim gugur, semua sanak keluarga berkumpul bersama untuk merayakannya, sehingga memenuhi satu ruangan besar di restoran. Topik pembincaraan semua orang perlahan - lahan mulai beralih kepada anak masing - masing. Dalam kemeriahan suasana, anak - anak ditanyakan apakah cita - cita mereka di masa mendatang? Ada yang menjawab akan menjadi pemain piano, bintang film atau politikus, tiada seorang pun yang terlihat takut mengutarakannya di depan orang banyak, bahkan anak perempuan berusia 4,5 tahun juga menyatakan kelak akan menjadi seorang pembawa acara di televisi, semua orang bertepuk tangan mendengarnya. Anak perempuan kami yang berusia 15 tahun terlihat sibuk sekali sedang membantu anak - anak kecil lainnya makan. Semua orang mendadak teringat kalau hanya dia yang belum mengutarakan cita - citanya kelak. Di bawah desakan orang banyak, akhirnya dia menjawab dengan sungguh - sungguh. "Kelak ketika aku dewasa, cita - cita pertamaku adalah menjadi seorang guru TK, memandu anak - anak menyanyi , menari dan bermain - main. " Demi menunjukkan kesopanan, semua orang tetap memberikan pujian, kemudian menanyakan akan cita - cita keduanya. Dia menjawab dengan besar hati ,"Saya ingin menjadi seorang ibu, mengenakan kain celemek bergambar Doraemon dan memasak di dapur, kemudian membacakan cerita untuk anak - anakku dan membawa mereka ke teras rumah untuk melihat bintang - bintang."  Semua sanak keluarga tertegun dibuatnya, saling pandang tanpa tahu akan berkata apa lagi . Raut muka suamiku menjadi canggung sekali.
Sepulangnya
ke rumah, suamiku mengeluhkan kepadaku, apakah aku akan membiarkan anak perempuan kami kelak menjadi guru TK? Apakah kami tetap akan membiarkannya menjadi murid kualitas menengah? Sebetulnya, kami juga telah berusaha banyak. Demi meningkatkan nilai sekolahnya , kami pernah mencarikan guru les pribadi dan mendaftarkannya di tempat bimbingan belajar, juga membelikan berbagai materi belajar untuknya. Anak kami juga sangat penurut, dia tidak membaca komik lagi, tidak ikut kelas origami lagi, tidur bermalas - malasan di akhir minggu juga tidak dilakukan lagi. Bagai seekor burung kecil yang kelelahan , dia ikut les belajar sambung menyambung, buku pelajaran dan buku latihan dikerjakan tanpa henti. Namun biar bagaimana pun dia tetap seorang anak - anak, tubuhnya tidak bisa bertahan lagi dan terserang flu berat. Biar sedang diinfus dan terbaring di ranjang, dia tetap bersikeras mengerjakan tugas pelajaran, akhirnya dia terserang radang paru - paru. Setelah sembuh, wajahnya terlihat kurus banyak. Akan tetapi ternyata hasil ujian semesternya membuat kami tidak tahu mau tertawa atau menangis, tetap saja nomor 23.
Kemudian,
kami juga mencoba untuk memberikan penambah gizi dan rangsangan hadiah, setelah berulang - ulang menjalaninya, ternyata wajah anak perempuanku semakin pucat saja. Apalagi, setiap kali akan ujian, dia mulai tidak bisa makan dan tidak bisa tidur, terus mencucurkan keringat dingin, terakhir hasil ujiannya malah menjadi nomor 33 yang mengejutkan kami. Aku dan suamiku diam - diam melepaskan aksi menarik bibit ke atas demi membantunya tumbuh ini. Dia kembali pada jam belajar dan istirahatnya yang normal, kami mengembalikan haknya untuk membaca komik, mengijinkannya untuk berlangganan majalah "Humor anak - anak" dan sejenisnya, sehingga rumah kami menjadi tenteram kembali. Kami memang sangat sayang pada anak kami ini, namun kami sungguh tidak mengerti akan nilai sekolahnya.
Pada akhir minggu,
teman - teman sekerja pergi rekreasi bersama. Semua orang mempersiapkan lauk terbaik dari masing - masing, dengan membawa serta suami dan anak untuk piknik. Sepanjang perjalanan penuh dengan tawa dan guyonan , ada anak yang bernyanyi, ada juga yang memperagakan karya seni pendek. Anak kami tiada keahlian khusus, hanya terus bertepuk tangan dengan gembira. Dia sering kali lari ke belakang untuk menjaga bahan makanan. Merapikan kembali kotak makanan yang terlihat agak miring, mengetatkan tutup botol yang longgar atau mengelap jus sayuran yang bocor keluar. Dia sibuk sekali bagaikan seorang pengurus rumah tangga cilik.
Ketika
makan terjadi satu kejadian di luar dugaan. Ada dua orang anak lelaki, satunya adalah bakat matematika, satunya lagi adalah ahli bahasa Inggris, kedua anak ini secara bersamaan menjepit sebuah kue beras ketan di atas piring, tiada seorang pun yang mau melepaskannya, juga tidak mau membaginya. Walau banyak makanan enak terus dihidangkan, mereka sama sekali tidak mau peduli. Orang dewasa terus membujuk mereka, namun tidak ada hasilnya. Terakhir anak kami yang menyelesaikan masalah sulit ini dengan cara sederhana, yaitu lempar koin untuk menentukan siapa yang menang.
Ketika
pulang, jalanan macet dan anak - anak mulai terlihat gelisah. Anakku terus membuat guyonan dan membuat orang - orang semobil tertawa tanpa henti. Tangannya juga tidak pernah berhenti, dia mengguntingkan banyak bentuk binatang kecil dari kotak bekas tempat makanan, membuat anak - anak ini terus memberi pujian. Sampai ketika turun dari mobil bus, setiap orang mendapatkan guntingan kertas hewan shio masing - masing. Ketika mendengar anak - anak terus berterima kasih, tanpa tertahankan pada wajah suamiku timbul senyum bangga.
Sehabis ujian semester, aku menerima telepon dari wali kelas anakku. Pertama - tama mendapatkan kabar kalau nilai sekolah anakku tetap kualitas menengah. Namun dia mengatakan ada satu hal aneh yang hendak diberitahukannya, hal yang pertama kali ditemukannya selama 30 tahun mengajar. Dalam ujian bahasa ada sebuah soal tambahan, yaitu siapa teman sekelas yang paling kamu kagumi dan alasannya. Selain anakku, semua teman sekelasnya menuliskan nama anakku.
Alasannnya sangat banyak ; antusias membantu orang, sangat memegang janji, tidak mudah marah, enak berteman dan lain - lain, paling banyak ditulis adalah optimis dan humoris. Wali kelasnya mengatakan banyak usul agar dia dijadikan ketua kelas saja. Dia memberi pujian, "Anak anda ini, walau nilai sekolahnya biasa - biasa saja, namun kalau bertingkah laku terhadap orang, benar - benar nomor 1."
Saya
berguyon pada anakku, kamu sudah mau jadi pahlawan. Anakku yang sedang merajut selendang leher terlebih menundukkan kepalanya dan berpikir sebentar, dia lalu menjawab dengan sungguh - sungguh ,"Guru pernah mengatakan sebuah pepatah, ketika pahlawan lewat , harus ada orang yang bertepuk tangan di pinggir jalan." Dia pelan - pelan melanjutkan ,"Ibu, aku tidak mau jadi pahlawan, aku ingin jadi orang yang bertepuk tangan di pinggir jalan. " Aku terkejut mendengarnya dan mengamatinya dengan seksama.
Dia tetap diam
sambil merajut benang wolnya, benang warna merah muda dipilinnya bolak balik di jarum bambu, sepertinya waktu yang berjalan di tangannya mengeluarkan kuncup bunga. Dalam hatiku terasa hangat seketika. Pada ketika itu, hatiku tergugah oleh anak perempuan yang tidak ingin menjadi pahlawan ini. Di dunia ini ada berapa banyak orang yang bercita - cita ingin menjadi pahlawan, namun akhirnya menjadi seorang biasa di dunia fana ini. Jika berada dalam kondisi sehat, jika hidup dengan bahagia, jika tidak ada rasa bersalah dalam hati, mengapa anak - anak kita tidak boleh menjadi seorang biasa yang baik hati dan jujur.
Jika anakku besar nanti,
dia pasti akan menjadi seorang istri yang berbudi luhur, seorang ibu yang lemah lembut, bahkan menjadi seorang teman kerja yang suka membantu, tetangga yang ramah dan baik. Apalagi dia mendapatkan ranking 23 dari 50 orang murid di kelasnya, kenapa kami masih tidak merasa senang dan tidak merasa puas? Masih ingin dirinya lebih hebat dari orang lain dan lebih menonjol lagi? Lalu bagaimana dengan sisa 27 orang anak - anak di belakang anakku? Jika kami adalah orang tua mereka, bagaimana perasaan kami?
Selama
hidupnya, dia tetap melewati kehidupan yang diinginkannya dengan tenang, dia juga tidak belajar hal tidak baik, sebagai orang tua yang memberikan keteladanan sikap dan tutur kata, jika dapat mengasuh anak sampai dewasa dan menjadi orang berguna dalam masyarakat, itu sudah cukup sebagai hal yang menghibur bagi leluhur, kenapa kita masih saja mengharapkan masa depan yang lebih baik lagi? Jika pun nantinya dia bisa menjadi seorang penegak hukum atau seorang arsitek, kalau tidak memiliki niat baik, lain di mulut lain dihati, lalu apa gunanya?

#smiling heart :)
#repost
#cerita #motivasi #anak #orangtua #belajar

Senin, 16 Desember 2013

Gara-gara Fotonya Jirayu ( Kao )




Sebelum cerita mau ketawa dulu ah Hahahhaa..
Gara-gara pasang foto itu jadi wallpaper di Laptop, aku dibuat senyum-senyum sendiri tiada henti. Jadi gini pas aku lagi ninggalin Laptop aku dalam keadaan nyala, ternyata temen-temen kantor pada Kepoin Lapotopku, mereka liat Foto itu dan pas aku dateng mereka bilang.. OMG!! Itu kamu sama siapa? Pacar kamu Tiara? Gilaaa.. Ganteng banget.. ( Mungkin mereka liat dari jarak yang ga terlalu deket jadi ga bisa bedain mana muka aku mana bukan ) Sekilas emang AGAK MIRIP kali ya. Sama-sama berjilbab dan Buleeet haha.. Tapi enggak kok aku gamau ngaku-ngaku dia adalah aku.
Yang agak bikin ngekek! Kekekkekkk.. mereka bkin aku jadi GR. bukan Cuma semata-mata aku Nge-Fans berat sama Kao, jadinya Foto itu dijadiin Wallpaper. Tapi dalam imajinas dan angan-angan aku yang terkadang melambung terlalu tinggi. Kao itu mirip sama Cinta Dalam Hatinya Aku.. terus aku ngebayain aja gitu, kalo Kao itu adalah dia, dan cewek itu adalah aku. Jadi pas mereka bilang “Tiara Cocok Cocok.. Cowoknya Ganteng!” Idung makin membengkak! Haha..
Mungkin emang imajinasi aku aja kali ya yang ketinggian.. Tapi ya udah sihh gapapa juga.. Buat nyeneng2in hati akuh! Hehehe..


 Kao Dirimu memang mempesona seperti Dia yang selalu membuatku Terpesona..
HAHAHA =)))

#foto #jirayu #kao #cerita

Rabu, 11 Desember 2013

Halooo.. Postingan kedua ini saya mau sedikit cerita soal urusan asmara.. hehe..
entahlah.. mungkin kalian lebih mengenal dengan istilah Curcol ( Curhat Colongan ) Mumpung saya punya blogger hehee..
Oke di mulai aja de.. Check it out!

Berapa kali kalian udah pernah pacaran? berkali-kali mungkin ya.. yap! saya juga sama lebih dari sekali.. tapi sejak mengenal dia, orang yang saya suka. saya tidak pernah mementingkan lagi status Pacaran.. artinya ga peduli mau status kita pacaran atau enggak, yang penting kita baik-baik aja. ga ada berantem-beranteman. saya ga pernah bilang ke dia secara gamblang kalo saya suka dia. tapi saya agak menunjukan rasa suka itu lewat tindakan. naahh.. yang agak bikin galau, sampai sekarang saya gatau perasaan dia ke saya kaya gimana. dibilang dia ga suka saya ya enggak juga.. dibilang dia suka saya ya enggak jugaa.. tapi jujur dari hati yang paliiiiiiiiiiiiiiiiing dalaaaam.. saya takut untuk mengetahui perasaan dia yang sebenarnya. saya takut dia ga suka saya. mungkin kalian berpendapat lebih baik kamu tahu sekarang daripada entar yang terlanjur udah semakin makin dalam dari sekarang. Pak Mario Teguh juga bilang lebih baik terjatuh di kejauhan 5m dari daripada 50m. oke! Pendapat itu bisa masuk akal. tapi lagi-lagi perasaan itu melumpuhkan segalanya. saya masih ga siap tahu yang sebenarnya.
saya suka dia udah 4 tahun lamanya bahkan lebih.. tapi perasaan saya ga pernah ilang. memang ada kala nya komunikasi kita pasang surut tapi di saat surut pun saya tetep inget dia. kadang saya benci banget sama sikap dia yang dingin.. kadang saya ngerasa sukaaaaaaaaaaaa banget kalo inget masa lalu kita, cuma inget wajah dia aja, hati aku tuh langsung bergetar, ga bisa kalo ga senyum-senyum sendiri hahaha...
dia orangnya super sibuk. jadi suka bingung kalo mau sms atau bbm atau chat, takut ga di waro.. tapi ya kadang-kadang aku beraniin aja hehe..
kamuuuuu.. ya kamuuuu.. hati kecil aku bilang kalo sebenernya kamu udah tau perasaan aku ke kamu gimana. lebih dari suka biasa. mungkin sayang bahkan cinta.. jika kamu minta untuk aku berhenti suka sama kamu, detik itu pun aku akan sangat berusaha untuk tidak menyukai kamu lagi. karena.. kebahagian kamu lebih berarti dari rasa ini.. tapi saya juga inget omongan kamu yang bilang "Lagian Tiara Pacaran itu ga baik" setuju banget sama pendapat kamu yang itu. ga perlu status pacaran.. kamu suka aku aja udah sangaaat sangaaaat bersyukur dan bahaaaaagiaaaaaaaaaaaaaa hehe :) itu artinya cinta aku ga bertepuk sebelah tangan..

oke deh..sesi curhatannya udah dulu aja. salam Rindu buat Kamu ({})
bye byeee :))

Selasa, 10 Desember 2013

Haloo.. Perkenalkan nama saya Kinanti Tiara Dewi.. Ini adalah Blogger bukan yang pertama. sebelum-sebelumnya udah pernah coba bikin, tapi terlupakan dan pada akhirnya benar-benar lupa jadi ga bisa dibuka lagi deh..
bingung sih ini blogger mau dijadiin apa.. tapi setidaknya bloger ini bisa jadi perekam kehidupan saya. aaaaiiiih bahasanyaaa ga kuaaaaaaatt coh HAHA....
udah deh segitu aja dulu tulisan pertama saya di blogger saya yang ke-3 kalo ga salah, yang 2nya lupa password :p